Isu senjata nuklir Iran menjadi topik hangat perpolitikan dunia belakangan ini. Amerika Serikat dibawah pemerintahan presiden Barack Obama telah mengambil langkah sebagai upaya untuk menekan Iran yang dianggapnya tidak korperatif berdasarkan kesepakatan internasional produksi uraniumnya. Amerika Serikat terus melakukan kampanye dan menggalang dukungan eropa agar tujuan utama sanksi ekonomi dan perdagangan luar Iran dapat berjalan dengan efektif.
Tanggal 31 Desember 2011 presiden Amerika Serikat, Barack Obama menandatangani kebijakan yang diambilnya bersama Kongres Amerika Serikat. Sanksi tersebut akan mulai berlaku setelah enam bukan sejak tanggal ditetapkan terhadap pemerintahan Iran yang dinakhodai mantan Walikota Teheran Mahmoud Ahmadinejad.
Iran membantah secara terbuka atas tuduhan Amerika Serikat dan sekutunya yang dianggap tidak mendasar. Negara yang memiliki wilayah maritim sebagai urat nadi perdagangan laut di kawasan teluk ini berupaya meyakinkan dunia internasional bahwa pengayakan Uranium bukan untuk keperluan membangun senjata nuklir akan tetapi untuk pengembangan ilmu kesehatan.
Atas kampanye sanksi yang akan diberlakukan oleh Amerika Serikat tersebut, Iran mengancam agar Amerika Serikat tidak mengirimkan lagi armada kapal induk di sekitar wilayah maritim Iran. Iran juga menyatakan akan menutup selat Hormuz yang merupakan urat nadi perdagangan minyak dunia jika sanksi yang dibelakukan menyudutkan kedaulatan negaranya.
Kompas (28/12/2011), Tahun 2009 jumlah minyak yang melewati selat Hormuz mencapai 15,5 juta barel per hari, an 75 persen di antaranya bertujuan ke negara-negara raksasa ekonomi Asia, seperti, Jepang, India, Korea Selatan dan China.
Panglima Angkatan bersenjata Iran Jenderal Ataollah Salehi seperti yang dikutip berbagai media surat kabar mengatakan "kami tidak memiliki niat untuk mengulangi peringatan kami dan kami memperingatkan hanya sekali".
Minggu (1/1/2012) Iran menguji coba dua misilnya yaitu Qader dan Nash. Senin, (2/1/2012) Iran melanjutkan uji coba roket Nur pada latihan perang di selat Hormuz.
Senin, 23 Januari 2012, Amerika Serikat merespon ancaman Iran yang berencana menutup Selat Hormuz dengan mengirim kapal Induk Amerika Serikat Uss Araham Lincoln, Kapal Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan sebuah Kapal perang Prancis memasuki kawasan selat Hormuz Iran.
Senin 23 Januari 2012 para Menteri Luar Negeri negara-negara eropa yang melakukan pertemuan di Brussels telah menyetujui larangan import minyak Iran, tulis BBC Indonesia (23/1/2012).
Bagian II
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan anda. Silahkan berikan komentar tentang artikel ini. Akan tetapi perlu dimaklumi bahwa Komentar yang tergolong iseng tidak akan ditampilkan. Untuk mendapatkan jawaban langsung pada kotak masuk Email anda, klick teks Subscribe by Email. Atas atensi dan partisipasinya terima kasih.